KATA PENGANTAR
Puji dan
syukur penulis panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.
Karena dengan ridho-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Adapun materi yang akan dibahas dalam makalah ini adalah “Panen, Pasca panen
dan Pemasaran Tanamn Hias”
Penulis mengucapkan
terima kasih terhadap semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
makalah ini. Terutama kepada Dosen Pembimbing
yang selalu membimbing dalam perkuliahan pada mata kuliah Hortikultura.
Penulis menyadari bahwa
dalam menyusun makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan sumbang sarana dan kritik dari pembaca agar nantinya
makalah ini dapat mengenai proses perbaikan yang lebih baik lagi.
Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Demikian halnya dengan penulis yang
telah mendapat pengetahuan dalam menyusun makalah ini.
Palu, 21 april 2015
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengetahuan tentang fisiologi dan
teknologi penanganan pascapanen tanaman hias dapat dikatakan relative lebih
sedikit bila dibandingkan dengan tanaman buah maupun sayuran. Hal ini
dikarenakan organ tanaman atau organ panenan yang kebanyakan berupa pucuk bunga
dengan sekumpulan petal adalah merupakan sistim yang sangat berbeda dengan
organ tanaman lainnya dalam hal proses-proses senesen. Waktu antara kematangan
dengan senesen dan kematian sangatlah pendek bila dibandingkan organ lainnya
seperti buah dan daun. Ada dua perbedaan mendasar dalam hal penanganan
pascapanen dan fisiologi dari senesen pada tanaman hias bila dibandingkan
dengan produk-produk pertanian lainnya. Perbedaan tersebut meliputi :
1. Tanaman hias (bunga potong baik berdaun maupun
sedikit berakar, dan hias daun potong) merupakan organ yang sangat komplek bila
dibandingkan dengan biji, buah, dan kebanyakan sayuran. Biji dan buah merupakan
sekumpulan beberapa unit morfologi termasuk sepal, petal, androcium, gymnocium,
tangkai, dan kadangkala beberapa daun. Masing-masing unit memiliki morfologi
dan fisiologi yang berbeda satu sama lainnya. Mereka semua saling berinteraksi
dalam proses fisiologi keseluruhan atau keutuhan bunga potong tersebut.
2. Kebanyakan buah dan sayuran dipanen setelah
mencapai stadia perkembangan yang sempurna atau perkembangan penuh. Teknik
penanganan pascapanen dari pada buah dan sayuran adalah secara langsung
ditujukan untuk penundaan senesen dan mempertahankan produk tetap dalam keadaan
segar.
Pada
kebanyakan bunga atau tanaman hias potong terdapat dua stadia fisiologi yang
berbeda. Stadia pertama, adalah pertumbuhan dan perkembangan kuncup bunga
(flower bud) hingga stadia mekar penuh. Kedua, adalah kematangan, senesen, dan
kemudian kelayuan. Jadi penanganan pascapanen mencakup hal-hal yang ditujukan
untuk perangsangan pertumbuhan stadia pertama, dan penghambatan proses
metabolisme pada stadia kedua.
1.2
Tujuan
Adapun tujuan dari
pembahasan ini adalah sebagai berikut :
1. Ingin
mengetahui Pemanenan dari tanaman hias
2. Ingin
mengetahui pasca panen dari tanaman hias
3. Ingin
mengetahui pemasaran dari tanaman hias
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Panen, Pasca panen dan Pemasaran
Panen
merupakan pekerjaan akhir dari budidaya tanaman (bercocok tanam), tapi
merupakan awal dari pekerjaan pascapanen, yaitu melakukaan persiapan untuk
penyimpanan dan pemasaran. pasca panen adalah tindakan yang dilakukan setelah
panen dilakukan agar hasil pertanian siap dan aman digunakan oleh konsumen dan
atau diolah lebih lanjut oleh industri. Sedangkan Pemasaran merupakan suatu proses interaksi
sosial antara individu dengan kelompoknya untuk mendapatkan apa yang dibutuhkan
dan diinginkan diperoleh dengan menciptakan, menawarkan, serta melakukan
pertukaran barang dan jasa kepada pihak lain.
2.2 Panen dan Pasca Panen Tanaman
Hias
Tanaman hias
dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok yakni;
1) bunga potong,
3) tanaman hias pot
4) tanaman hias untuk pertamanan
lansekap.
Panen dan pasca panen dari beberapa kelompok
tanaman hias di atas akan dijelaskan sebagai berikut :
A.
Panen dan Pasca panen Bunga Potong
a.) Panen Bunga potong
Kematangan tanaman hias
(organ bunga) merupakan suatu faktor penting, dan kematangan dapat diketahui
dengan memperhatikan dan memperkirakan ukuran tanaman ataupun tingkat
perkembangan (derajat membukanya kuncup bunga). Sebagai contoh, pada mawar,
keadaan kuncup merupakan stadia yang baik dan pada stadia ini kebanyakan
tanaman mawar tahan terhadap penyakit fisiologis. Sedangkan bila perkembangan
lewat dari keadaan kuncup atau telah telah mekar sebagian, kualitas bunga yang
diperoleh rendah dan umur vas sangat singkat. Pemanenan sebaiknya dilakukan
sewaktu bunga mengandung banyak air, yaitu sekitar pukul 06.00 –08.00. Walaupun
demikian panenan juga dapat dilakukan pada pukul 16.00 – 17.00. Pada saat
tersebut, penyerapan air yang dilakukan oleh tanaman berlangsung lebih banyak
daripada penguapannya. Jika pemanenan dilakukan pada siang hari, dikhawatirkan
tanaman sudah mulai melakukan metabolisme aktif sehingga daya tahan bunga
terhadap kelayuan menjadi rendah.
Panen tanaman hias
(bunga potong) umumnya dilakukan secara manual. Penggunaan alat-alat mekanik
sangat sedikit, hanya pada alat-alat pengangkutan dan alat pengikat (penyatu)
satuan-satuan potongan (tangkai) bunga. Tujuan panenan adalah untuk
mengumpulkan komoditi pada tingkat kematangan yang baik, dengan kerusakan dan
kehilangan hasil yang rendah, secepat mungkin, dan biaya murah. Alasan ini yang
membuat panenan secara manual lebih cenderung dipilih untuk tanaman hias
terutama bunga potong. Keuntungan-keuntungan panenan secara manual meliputi,
a) Pemanen dapat memilih tingkat kematangan yang
tepat sehingga memungkinkan penentuan grade yang tepat, dan pemanenan dapat
secara berulang
b)
Pemanen dapat menangani komoditi dengan tingkat kerusakan yang rendah.
c)
Laju panenan dapat dengan mudah ditingkatkan dengan penambahan tenaga
kerja.
d)
panenan secara manual bermodal kecil.
Masalah utama panenan
secara manual terpusat pada tenaga kerja. Penyediaan tenaga kerja merupakan
masalah bagi petani. Tenaga kerja dapat sangat mahal pada sat musim panen
serentak. Meskipun demikian, kualitas merupakan aspek yang sangat penting demi
suksesnya pemasaran bungan potong. Hal inilah yang menyebabkan sistim panen
secara manual tetap sebagai pilihan utama.
b.) Pasca panen bunga potong
Kelompok tanaman hias
bunga potong umumnya lebih banyak diminati karena bernilai ekonomis tinggi
dengan warna bunga yang menarik dan volume bunga yang dapat mencapai jumlah
yang besar. Tanaman hias yang bernilai ekonomis sebagai bunga potong harus
memenuhi persyaratan yakni; 1) berwarna indah, mulus, bersih, tidak bernoda dan
baunya wangi tidak menyengat; 2) bunga dapat bertahan lama setelah dipotong; 3)
tangkai bunga cukup panjang dan kuat; 4) bunga tidak mudah rusak dalam
pengepakan dan; 5) bunga dihasilkan oleh tanaman yang subur dan mudah berbunga
tanpa mengenal musim. beberapa jenis bunga potong yang terkenal di indonesia
adalah anggrek, krisan, mawar, anyelir, gladiol, gerbera dll. Untuk mengurangi
kehilangan hasil yang disebabkan oleh kerusakan yang sering timbul setelah
panen pada tanaman hias seperti layu, patahnya batang dan daun, serta lepasnya
kelopak bunga, maka diperlukan perhatian khusus pada penanganan pasca panennya
agar produk mempunyai fase hidup atau daya simpan yang lama. penanganan pasca
panen bunga merupakan suatu kegiatan yang memberikan perlakuan-perlakuan
terhadap bunga, setelah bunga tersebut dipanen sampai bunga itu diterima oleh
konsumen. Umumnya penanganan pasca panen tanaman hias lebih banyak dilakukan
untuk kelompok tanaman hias bunga potong dibanding dengan kelompok tanaman hias
yang lain, hal ini karena pertimbangan nilai ekonomis bunga potong dengan warna
yang menarik dan volume bunga potong yang dapat mencapai jumlah besar saat
dilakukan pengiriman atau pemasarannya. Penanganan pasca panen tanaman hias
khususnya bunga potong bertujuan untuk:
1) memperkecil respirasi
2) memperkecil transpirasi
3) mencegah infeksi atau luka
4) memelihara estetika
5) memperoleh harga yang tinggi.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi penanganan pasca panen tanaman hias. Untuk menerapkan penanganan
pasca panen tanaman hias bunga potong secara baik dan benar, maka perlu
diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi pasca panennya yakni :
1. Kematangan bunga (flower maturity)
2. Persediaan bahan makanan
3. Temperatur 4. Persediaan air
5. Pertumbuhan mikroorganisme
6. Kualitas air
7. Etilen
8. Kerusakan mekanis
9. Penyakit
Adapun
tahapan dari pasca panen tanaman hias bunga potong adalah sebagai berikut :
1. Pengumpulan bunga yang telah dipotong Bunga-bunga
yang telah dipotong langsung dikumpulkan di dalam wadah (tempat bunga) yang
sesuai dengan kebutuhan setiap jenis bunga. Tempat bunga tersebut hendaknya
disimpan pada suatu tempat yang teduh dan aman, terhindar dari percikan air
atau kotoran lainnya, sehingga bunga terjaga dari kerusakan yang dapat
menurunkan kualitas bunga.
2. Pengangkutan ke Tempat Sortasi Setelah selesai
dikumpulkan, bunga diangkut ke tempat sortasi untuk disortir dan diseleksi. Di
tempat sortasi, bila waktu untuk melakukan sortir bunga masih lama, sebaiknya
pangkal tangkai bunga direndam dulu di dalam bak berisi air bersih agar bunga
tidak cepat layu.
3. Sortasi dan Seleksi Kualitas Bunga hasil panen
diletakkan di atas meja, dipisahkan menurut jenis dan warna bunga. Bunga
diperiksa/diteliti satu persatu untuk melihat kedaan bunganya, tingkat
kemekaran bunga, keadaan tangkai bunga yang meliputi panjang-pendeknya,
lurus-bengkoknya, besar-kecilnya, dan tegar-lemasnya (vigor), serta kebersihan
daunnya.
4. Pengikatan/Pengelompokan Bunga (Bunching) Pada
umumnya bunga dilakukan pengikatan / pengelompokan, kecuali anthurium, anggrek,
dan beberapa bunga lainnya. Bunga dan daun-daunan yang telah diseleksi dan
ditentukan kriteria grading-nya, diikat dengan menggunakan tali atau karet
menurut aturan jumlahnya.
5. Pembungkusan Setelah diikat menurut aturan
jumlahnya, bunga harus segera dibungkus dengan kertas atau plastik pembungkus
sesuai dengan jenis bunga yang akan dibungkus. Pembungkusan ini bertujuan untuk
menjaga agar bunga terhindar dari kerusakan (lecet-lecet) sehingga kualitas
bunga tetap terjaga.
6. Perendaman dengan Larutan Sebagai Pengawet
Pengawetan bertujuan untuk memperpanjang kesegaran bunga potong. Zat pengawet
digunakan pada empat macam perlakuan yaitu : conditioning, pulsing, holding,
dan pembukaan kuncup. Conditioning. Merupakan perlakuan pemberian air pada
bunga yang layu dengan pendinginan, menggunakan air deionized yang mengandung
obat pembasmi kuman. Agen pembasah (0.01 – 0.1%) dapat ditambahkan, dan air
harus diasamkan dengan asam sitrat, hydroxyquinoline citrate (HQC), atau
almunium sulfat pada pH mendekati 3.5. Pulsing Merupakan perlakuan dalam jangka
waktu yang pendek setelah pemanenan, yaitu proses perendaman dalam larutan yang
mengandung nutrisi (glukosa atau sukrosa) dalam jumlah yang tinggi dan anti
oksidan. Holding solution Merupakan larutan tempat dicelupkannya bunga-bunga
sampai terjual atau larutan yang digunakan oleh konsumen untuk keragaan bunga.
Pada umumnya bahan penyusun larutan pengawet adalah sumber energi, bahan
penurun pH, biosida, senyawa anti etilen dan zat pengatur tumbuh. Sumber energi
yang digunakan umumnya adalah sukrosa, tetapi glukosa dan fruktosa juga
efektif.
7. Penyimpanan Penyimpanan sementara dilakukan untuk
penyimpanan bunga dalam jangka waktu pendek (kurang dari 1 hari) bunga bisa
disimpan pada suhu ruang dengan merendam pangkal tangkainya di dalam bak berisi
air bersih. Penyimpanan untuk persediaan (stok) dilakukan untuk jangka waktu
yang agak lama bunga harus disimpan di dalam ruang penyimpanan berpendingin
(cold storage) dengan temperatur sekitar 50C dan kelembaban udara yang tinggi,
sekitar 90%.
8. Pengepakan Untuk pengiriman ke tempat
penjualan, bunga harus dikemas dalam kardus/karton atau kontainer plastik yang
berukuran sesuai dengan panjang maksimal bunga, sehingga bunga bisa diatur rapi
dan tetap terjaga kualitasnya. Di Kebun Ciputri, dalam satu kardus berukuran
100 x 40 x 40 cm dapat diisi dengan 25 bungkus chrysant, dimana isi per bungkusnya
10 tangkai. Untuk carnation dapat digunakan kardus berukuran 80 x 40 x 20 cm,
yang dapat menampung 24-30 bungkus carnation, dengan isi 10 tangkai / bungkus.
Pada bidang-bidang yang berukuran 40 x 40 cm untuk kardus chrysant, dan 40 x 20
m untuk carnation diberi lubang-lubang, sebagai tempat pegangan tangan dan juga
untuk ventilasi udara di dalam kardus. 10. Fumigasi Fumigasi hanya dilakukan
apabila bunga tersebut akan di ekspor, dan negara tujuan ekspor mengharuskan
perlakuan fumigasi ini. Kerugian dari fumigasi adalah dapat menurunkan vase
life dari bunga yang difumigasi.
9. Penanganan Eceran Setelah bunga tiba, bunga
dipotong pada pangkal batang ± 2 cm dan kemudian bunga ditempatkan segera pada
ruang dingin. Sesudah bungkus dibuka, bunga ditempatkan pada ruang pendingin
untuk beberapa jam. Jika bunga bersisa di toko beberapa hari, bunga tersebut
diletakkan pada ember yang bersih atau jamban (vas) berisi bahan pengawet.
10.Pengiriman ke Tempat Penjualan
Pengiriman bunga ke tempat penjualan dilakukan dengan menggunakan mobil boks
yang mempunyai pengatur udara ruangan (air conditioner). Selama perjalanan,
temperatur di dalam box mobil diusahakan rendah dan stabil pada temperatur
sekitar 120C, sehingga kesegaran bunga tetap terjaga dan bunga diterima konsumen
dalam keadaan baik. Untuk pengiriman jarak jauh dapat dilakukan lewat kargo
udara.
2.3.
Panen dan Pasca Panen tanaman pot dan lansekap
Pada tanaman hias pada
kelompok tanaman hias pot dan lanskep salah satu contohnya adalah lida mertua.
Kegiatan panen dan
pascapanen untuk tanaman
pot dan lansekap tanaman ini secara
umum meliputi:
(a) Pemanenan, (b) Sortasi dan grading,
(c) Pembersihan/pencucian, (d) Penanaman/tranplantasi/repotting, (e)
Pemeliharaan, (f) Pengendalian OPT, (g) Pengemasan, dan (h) Pengangkutan.
a.) Pemanenan
Tujuan panen adalah
memanen tanaman yang siap panen sesuai
kualitas dan spesifikasi Sansevieria yang diminta pasar atau konsumen
Tanaman lidah mertua, dapat
dijual pada berbagai umur
dan ukuran, sesuai
dengan permintaan pasar. Tanaman tersebut harus diakarkan
dahulu sebelum dijual. Tanaman yang
minim perakarannya akan
tidak optimal pertumbuhannya dan kurang
tahan terhadap kondisi
lingkungan yang tidak menguntungkan selama transit. Adapun prosedur pemanenan adalah sebagai
berikut:
a. Fase
panen; dilakukan dengan
mengecek tanaman yang cukup
umur dan sesuai
dengan spesifikasi tanaman
yang diinginkan konsumen seperti tinggi tanaman, jumlah bunga yang mulai
mekar, jumlah daun,
kondisi ujung daun, tanaman dalam
keadaan sehat, mulus, tidak cacat dan lain-lain.
b. Umur : 4 s/d 9 bulan, tergantung spesifikasi
tanaman yang diinginkan. Semakin tua, tanaman memiliki ukuran semakin tinggi
dan rumpun semakin banyak. Tanda-tanda dapat dipanen : (1) Tinggi tanaman yang
dinginkan biasanya 40 cm s/d 75 cm atau
sesuai spesifikasi yang diminta konsumen. (2) Jumlah daun tiap rumpun
disesuaikan dengan keinginan konsumen. (3) Rumpun dan helaian daun yang sehat,
mulus serta tidak patah ujung.
c. Waktu panen;
dengan memperhatikan cuaca,
seperti diupayakan supaya tidak
dalam kondisi hujan.
d. Peralatan
panen; Menggunakan peralatan yang bersih dan tajam serta bebas
dari gangguan hama penyakit
tanaman antara lain cangkul,
garpu, gunting pangkas, pisau/golok,
tali dan alat angkut.
e. Proses
pemanenan; Panen dilakukan secara hati-hati dengan cara membongkar tanah diatas
bonggol yang dipanen, sehingga terlihat bonggol yang akan dipotong. Pemotongan
bonggol dekat dengan indukan, untuk menghindari busuk dilakukan dengan
hati-hati untuk menghindari memar/patah. Hindari luka bekas potong terinfeksi
dan usahakan mongering lukanya. Setelah bekas potongan bonggol tanaman induk
mengering, lakukan penimbunan bonggol dengan
tanah.
f. Prosedur
pencatatan pada saat pelaksanaan panen penting dilakukan.
b.) Pasca panen
a. Sortasi dan Grading
Penyortiran dilakukan
dengan pemilahan tanaman
sesuai dengan mutu dan
ukuran tanaman. Adapun
prosedur penyortiran adalah sebagai berikut:
ü Mutu tanaman;
pemisahan tanaman yang
memenuhi standar sehat, kondisi akar, batang, dan daun tidak cacat.
ü Ukuran tanaman;
pemilahan tanaman disesuaikan
dengan tinggi tanaman, panjang,
dan lebar daun.
Grading dilakukan
berdasarkan menurut tinggi tanaman. Adapun prosedur grading
dilakukan dengan mengelompokkan tanaman sesuai grade
atau standar yang
berlaku atau berdasarkan permintaan
konsumen. Bila diperlukan,
dikelompokkan sampai 3
grade, yaitu grade
A, B dan C. Pengelompokkan juga dilakukan
berdasarkan ukuran tinggi tanaman, bentuk, kelurusan daun, mulus, tidak cacat,
sehat serta warna tanaman. Tanaman lidah mertua dipilih berdasarkan penampilan fisik
secara umum, seperti,
luka-luka/goresan/cacat pada daun. Penampilan tanaman
pot yang akan dipasarkan
perlu diperhatikan, karena standar untuk
penilaian tanaman lidah mertua
fokus pada penampilan umum tanaman.
b. Pembersihan/Pencucian
Pembersihan dilakukan
dengan tujuan agar tanaman bersih
dari kotoran yang
menempel seperti tanah
dan organisme pengganggu lainnya. Tahapan pembersihan/pencucian meliputi
:
a.
Bagian bonggol akar
tanaman dipotong kemudian dibersihkan dari kotoran yang
menempel.
b.
Metode yang dapat
dilakukan adalah dengan melakukan
penyemprotan air bertekanan halus, kemudian
dapat juga dilakukan
dengan menggunakan larutan desinfektan
seperti fungisida,
selanjutnya tanaman ditiriskan dan
dikeringanginkan.
c. Tanaman
yang sudah bersih dan tiris dimasukkan ke dalam tempat penyimpanan dalam
posisi berdiri dan bonggol pada posisi di bawah.
d.
Untuk tanaman yang
tidak segera dikemas,
tidak segera diangkut dan tidak
langsung dikirim, tanaman
disimpan dalam ruangan yang
bersih dengan memperhatikan sirkulasi udara
yang ada. Suhu
penyimpanan juga perlu diperhatikan sesuai
standar ketentuan yang
telah ditetapkan
D. Penanaman/Tranplantasi/Repotting
Jika dalam jangka waktu
yang lama dan pertumbuhannya
terlalu rapat. pot dapat
diganti dua kali
dalam setahun. Sebelum dipindahkan,
tanaman yang akan dipindahkan harus
disiram terlebih dahulu
sehari sebelumnya. Ketika tanaman
dipindahkan, maka akar
harus dipangkas/dibersihkan
terlebih dahulu. Pot yang
baru harus memiliki ukuran
yang lebih besar,
sehingga dapat mendorong pertumbuhan akar. Selanjutnya pot juga harus
diisi dengan tanah atau media tumbuh dan setiap akar harus benar-benar tertutup
dengan media. Langkah selanjutnya pot
tanaman juga harus
disiram dengan baik dan
ditempatkan di tempat
yang teduh beberapa hari
untuk menghindari terjadinya transpirasi
dan cahaya yang berlebihan
E. Pemeliharaan
Pemeliharaan meliputi penyiraman dan pemupukan.
a. Prosedur
penyiraman dilakukan dengan menggunakan
sarana/alat penyiraman yang memadai
antara lain dengan menyemburkan
air bertekanan halus ke
bagian tanaman dan
menyiram bagian pot/ media tanam.
b. Prosedur
pemupukan dilakukan sesuai dengan tingkat
pertumbuhan tanaman dengan menaburkan atau
menyiram pupuk di
sekitar pohon.
F. Pengendalian OPT
Pengendalian hama
dan penyakit tanaman
dapat dilakukan dengan beberapa tindakan sanitasi yaitu:
a.
Menjaga pot tanaman
selalu bersih dan
bebas dari debu/kotoran. Debu pada tanaman dapat dicegah dengan
menggunakan senyawa pemberi
kilap daun. Debu
juga dapat dihilangkan dengan penyemprotan menggunakan air atau membersihkan
tanaman dengan tangan,
kapas, sikat lembut, atau spons
dengan frekuensi pembersihan
sekali dalam seminggu.
b. Hama
dan penyakit pada tanaman juga dapat dikendalikan dengan membuang daun dan
batang yang terinfeksi. Setiap bagian
tanaman yang terinfeksi juga
harus dibakar untuk mencegah penyebaran infeksi k tanaman
lainnya.
c.
Beberapa jenis hama
dapat dihilangkan dengan
mencuci daun dengan larutan deterjen.
d. Teknik
lain yang dapat
dilakukan adalah dengan membersihkan tanaman
dari debu menggunakan
aliran udara, seperti dari nozel vacum cleaner.
e. Daun yang
sudah tua, layu,
atau kering juga harus segera dipisahkan dari tanaman.
f. Pot juga
harus terlindungi dari
kontaminasi dengan dicuci menggunakan deterjen.
g. Jika
teknik sanitasi sederhana
tidak efektif, tanaman dapat
disemprot dengan pestisida
yang tepat sesuai
dengan petunjuk. Tanaman harus
selalu disemprot di
luar ruangan untuk menghindari
polusi udara di
ruang tertutup. Setelah penyemprotan dengan
menggunakan bahan kimia, tanaman harus disimpan
dalam ruangan berventilasi.
G. Pengemasan
a. Ketentuan
Umum
·
Tanaman
dikemas dengan bahan
tertentu yang tidak mengganggu fisiologis
tanaman, namun memudahkan dalam hal pengiriman.
·
Kondisi
tanaman tidak mengalami
kerusakan akibat kegiatan penanganan.
b. Standar
Prosedur Pengemasan
1)
Kemasan untuk pengiriman
melalui pesawat udara (untuk tanaman berukuran kecil sampai
sedang):
·
Bahan
kemasan dipilih bahan
yang cukup tahan terhadap tekanan
beban sedang sampai
dengan ringan, seperti kardus dan styrofoam.
·
Jenis
kemasan yang dapat
digunakan antara lain adalah
kardus dengan ukuran
dan kapasitas tertentu. Diberi alas dengan menggunakan koran. Kemasan kardus
dilubangi secukupnya pada kedua sisi agar
tanaman masih dapat
melangsungkan proses respirasi.
·
Kardus/styrofoam harus
ditutup serta dilakban dengan rapat dan kuat. Pencatatan tentang
identitas pengirim dan
alamat pengirim, nama isi
kemasan, spesifikasi isi
baik jumlah maupun grade juga dicantumkan.
2) Kemasan untuk pengiriman melalui kapal laut :
·
Bahan
peti kemas dipilih
bahan yang cukup
tahan terhadap tekanan beban
dan ringan, antara
lain terbuat dari kaso dan papan kayu yang ringan.
·
Ukuran lebar dan tinggi disesuaikan
dengan ukuran kontainer.
·
Setiap
lapisan/susun, pada bagian
peti kemasan
·
bagian
dasarnya dialasi plastik
dan styrofoam yang dibasahi untuk menjaga kelembaban. Dasar lapisan terbawah diberi jarak
sekitar 10 cm,
sehingga tidak kontak langsung
dengan dasar lantai.
·
Antar
papan diberi jarak
selebar papan, sehingga sirkulasi udara terjaga.
·
Penyemprotan peti
kemas dengan desinfektan disesuaikan dengan negara
tujuan. Tidak semua negara
mau menerima tanaman
yang mengandung residu pestisida.
·
Cara/prosedur penyusunan
tanaman harus diperhatikan, jaga
agar tanaman tidak
mengalami kerusakan secara mekanis.
·
Temperatur dalam
kontainer juga harus diatur sekitar 160C.
·
tap
pada bagian dalam
kontainer dilapisi kardus untuk menyerap air embun, sehingga
tidak menetes ke bagian tanaman.
·
Tanaman yang dikemas harus dalam keadaan
bersih serta ditiriskan dan
dikeringanginkan terlebih dahulu.
·
Setiap
box dituliskan grade,
isi serta dituliskan alamat pengirim
serta kepada siapa
barang akan dikirim.
·
Box
yang sudah selesai
dikemas ditempatkan di tempat
yang teduh dan
kering sebelum tanaman siap
untuk dikirim, Pencatatan
dilakukan pada setiap box.
·
Untuk
pengiriman barang, produsen
dapat berkoordinasi dengan bagian cargo atau ekspedisi. Jenis media yang digunakan
pada saat pengiriman juga diperhatikan. Untuk
keperluan ekspor, media yang biasa digunakan adalah cocopeat.
3) Kemasan
untuk pengiriman dengan menggunakan mobil box:
·
Bahan
kemasan dipilih yang
cukup tahan tekanan beban sedang dan goncangan.
·
Jenis
kemasan yang dapat
digunakan antara lain adalah
styrofoam dan kardus
dengan ukuran dan kapasitas
tertentu, styrofoam diberi
alas dengan menggunakan koran.
·
Kemasan
kardus dilubangi pada
kedua sisi agar tanaman
masih dapat melangsungkan
proses respirasi. Pastikan tanaman
tidak dalam keadaan rusak dan kering air.
·
Kardus/styrofoam harus
ditutup serta dilakban dengan rapat dan kuat.
·
Cara/prosedur penyusunan
tanaman juga harus diperhatikan, jaga
agar tanaman tidak
mengalami kerusakan secara mekanis.
·
dalam
kontainer diatur sekitar 160C.
·
Pencatatan tentang
identitas pengirim dan
alamat pengirim, nama isi
kemasan, spesifikasi isi
baik jumlah maupun grade juga dicantumkan.
H. Pengangkutan
Prosedur pengangkutan
meliputi pengaturan kelembaban ruang di
kendaraan dan pengangkutan
kemasan ke alat transportasi.
a.
Pengaturan kelembaban ruang
di kendaraan dilakukan dengan cara sebagai berikut :
·
Menempatkan pot dalam kardus secara
benar.
·
Melakukan pengecekan
terhadap kelengkapan sarana angkutan berupa blower/alat pendingin.
·
Menata kardus/peti sesuai dengan
kekuatan/ketahanan kardus agar diperoleh sirkulasi udara yang memadai.
b.
Pengangkutan kemasan ke alat transportasi
o
Penyiapan sarana/alat angkut yang
memadai.
o
Kemasan
diangkut ke alat
transportasi dengan menggunakan
troli atau alat bantu lain yang sejenis.
2.4
Pemasaran Tanaman Hias
2.1 Strategi Pemasaran
Pemasaran merupakan
suatu proses interaksi sosial antara individu dengan kelompoknya untuk
mendapatkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan diperoleh dengan menciptakan,
menawarkan, serta melakukan pertukaran barang dan jasa kepada pihak lain.
Pemasaran yang baik
bukan sebuah kebetulan, melainkan hasil dari perencanaan dan pelaksanaan yang
cermat. Membuat keputusan yang benar tentang perubahan tidak selalu mudah.
Kotler P. (2003)
menjelaskan bahwa langkah awal strategi pemasaran yang efektif adalah orientasi
yang tepat pada fungsi pemasarannya. Pada dasarnya konsep pemasaran terdiri
dari empat pilar yaitu tahap sasaran pasar, kebutuhan pelanggan, pemasaran
terintegrasi, dan kemampuan menghasilkan laba. Konsep pemasaran menegaskan kunci untuk mencapai sasaran adalah penjual
harus lebih efektif dibanding para pesaing dalam menciptakan, menyerahkan dan
mengkomunikasikan nilai pelanggan (segmentasi dan target pasar) dan
bagaimana perusahaan melayaninya (positioning). Penentuan strategi menggunakan
bauran pemasaran 4P (product, price, promotion dan place) juga digunakan sebagai
dasar penentuan strategi pemasaran yang dijalankan. Melalui tahapan evaluasi
dapat diketahui perlu atau tidaknya penambahan maupun perubahan strategi secara
keseluruhan yang bermanfaat untuk keberlangsungan usaha di masa yang akan
datang.
2.2 Analisis Lingkungan Internal
Pemasaran
Analisis lingkungan
internal pemasaran merupakan faktor-faktor yang terdiri dari variabel-variabel
(kekuatan dan kelemahan) yang ada dalam pemasaran. Kekuatan merupakan
faktor-faktor yang merupakan keunggulan bersaing yang dimiliki oleh penjual di
pasar sasaran ,sedangkan kelemahan merupakan faktor-faktor yang menjadi
kekurangan penjualan dibandingkan dengan pesaingnya dalam pasar
2.3.
Marketing Mix
Dalam marketing mix tanaman hias
mencakup beberapa hal yang perlu dilakukan yaitu diantaranya memasarkan produk,
promosi, distribusi, harga dan kemasan. Berikut adalah penjelasanya.
2.3.1 Produk
Salah satu kunci membangun strategi
pemasaran adalah menawarkan produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
Sebagus apapun produk yang ditawarkan jika tidak sesuai dengan kebutuhan
pelanggan akan ditolak. Produk usaha bisa dibagi menjadi 2 bagian yaitu produk
utama dan produk pendukung. Usaha penjualan tanaman hias ini lebih baik lagi
bila melakukan survey kebutuhan pelanggan terlebih dahulu agar produk yang
diberikan sesuai dengan pilihan mereka. Dari hasil survey tersebut, bisa
ditentukan jenis-jenis apa saja yang bisa disediakan di kios tanaman hias
“Taman Puspa”.
2.3.2 Harga
Menetapkan harga sebuah tanaman
hias itu mudah, meski tidak semudah yang dibayangkan. Ada beberapa hal yang
bisa dipertimbangkan. Salah satunya adalah melihat harga pesaing. “Taman Puspa”
harus menentukan ingin harga lebih mahal atau lebih murah dibandingkan pesaing.
Untuk menentukan harga yang lebih mahal bisa dilakukan dengan pengemasan
(diletakkan di pot keramik yang lebih
mahal) sehinga harganya tentu lebih mahal. Dalam bisnis tanaman hias, terdapat
strategi-strategi penentuan harga yang bisa dilakukan, antara lain :
Ø Block Pricing : Bisa diartikan sebagai
harga borongan. Harga ini dipatok agar pembeli bisa memilih untuk membeli
borongan atau eceran. Cara ini biasa digunakan oleh pedagang tanaman hias yang
mau cuci gudang. Namun, bisa juga dimanfaatkan oleh nursery yang menjual
tanaman-tanaman yang susah dijual eceran.
Ø Commodity Bundling : Beberapa produk
yang tidak sejenis dijual dalam satu paket harga. Misalnya, membeli sejumlah
anthurium dengan tambahan beberapa pot aglaonema. Maksudnya, supaya semua
tanaman bisa terjual
Ø Price Discrimination : Diskriminasi harga artinya
konsumen yang sama diberi harga berbeda karena pembelian volume berbeda. Jika
konsumen membeli satuan dengan harga Rp 100.000,- per pot, ia akan mendapat
harga Rp 60.000,- per pot jika membeli 100 pot. Konsumen bisa diberi harga
prospek. Harga yang diberikan lebih rendah dibandingkan dengan harga normal
kalau konsumen dianggap memiliki prospek, yakni bisa menjual banyak dan pandai memasarkan
tanaman kita.
2.3.3 Promosi
Promosi merupakan faktor yang
sangat penting dalam pemasaran. Promosi adalah usaha sadar untuk melakukan
sosialisasi, penerangan and pemberitahuan kepada masyarakat tentang berbagai
informasi yang biasanya mengenai berbagai produk yang ditawarkan. Aktivitas
promosi melibatkan berbagai bentuk dan variasi yang sangat beragam.
Bentuk promosi yang bisa dilakukan
adalah :
Ø Open house
dan Promosi dari mulut ke mulut : Mulailah dari tetangga yang paling
dekat dan orang-orang di lingkungan tempat tinggal. Satu orang memberikan penjelasan kepada orang
lain karena merasa mendapatkan manfaat yang baik dari tanaman hias yang dibeli.
Promosi ini sangat efektif karena biasanya orang lebih percaya kepada apa yang
dikatakan oleh saudara ataupun teman-teman yang sudah merasakan terlebih
dahulu.
Ø Iklan, yaitu penyebaran informasi produk melalui
berbagai media. Iklan yang murah bisa berbentuk brosur, leaflet dan juga
spanduk yang dipasang di sekitar wilayah dimana konsumen berada. Dengan
demikian informasi lengkap bisa didapatkan oleh target konsumen. Sebarkan juga
brosur dan leaflet ke sejumlah instansi-instansi pemerintah yang sering
mengadakan acara dan membutuhkan dekorasi berupa tanaman hias dan jangan ragu
pula untuk beriklan di media massa seperti surat kabar dan radio.
Ø Rajin mengikuti pameran tanaman hias.
Belilan tanaman hias yang jarang terdapat di daerah setempat dan dipajang di
depan stand untuk menarik pembeli.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari
pembahasan ini adalah sebagai berikut :
1. Panen
merupakan pekerjaan akhir dari budidaya tanaman hias (bercocok tanam), tapi
merupakan awal dari pekerjaan pascapanen, yaitu melakukaan persiapan untuk
penyimpanan dan pemasaran.
2. pasca
panen adalah tindakan yang dilakukan setelah panen dilakukan agar hasil
pertanian siap dan aman digunakan oleh konsumen dan atau diolah lebih lanjut
oleh industri.
3. Pemasaran
merupakan suatu proses interaksi sosial antara individu dengan kelompoknya untuk
mendapatkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan diperoleh dengan menciptakan,
menawarkan, serta melakukan pertukaran barang dan jasa kepada pihak lain.
3.2 Saran
Adapun
saran dari penulis adalah lebih banyak bahan materi yang dipelajari agar
makalah lebih banyak materi –materi perbandingan dari materi yang bersangkutan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim
I http://saktiagr.blogspot.com/2014/04/strategi-pemasaran-tanaman-hias-sakti.html. Diakses
tanggal 20 April 2015
Anonim
III http://bloggerlibra-library.blogspot.com/2011/10/pasca-panen-taman-hias.html. 20 April 2015